meninggalkan aku termanggu
ia telah membina suatu benteng batu
pada pohon-pohon hati
hingga ia menjadi layu
dibunuh dengan kejam.
Dengan air mata yang merosak
segala bait-bait bahasa
aku coretkan
tempat ini telah melelahkan jiwa
bila kulihat bayangmu
menari-nari di jalanan
sambil melemparkan senyum
di sebalik rimbun padi yang menguning.
Tetapi aku tanpa sedar
terus menerpa bayangmu yang menipis
lalu aku jatuh bergelimpangan
ia bukan suatu masa yang dahulu
ketika diriku yang celaka meneroka
setiap ruang-ruang cinta
yang kau jual dengan janji yang menggoda
sedang ia sekadar ilusi yang ghairah
dan aku tewas akhirnya
menunggu mati.
Esok, lusa dan nanti
aku mungkin kesini lagi
sekadar mengenang
aku pernah diludah disini !